Senin, 30 Oktober 2017

RESUME JURNAL TENTANG LIMBAH BUDIDAYA

RESUME JURNAL TENTANG LIMBAH BUDIDAYA

source :  maritimnews.id

Budidaya atau Akuakultur memang tak bisa di pisahkan dengan Teknologi seiring berkembangnya jaman teknologi semakin meningkat. Permasalahan yang dihadapi oleh budidaya adalah tentang limbah yang bisa merusak lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat perikanan hal ini menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Saat ini limbah budidaya bahkan sudah dicurigai sebagai penyebab menipisnya ozon yang selama ini diduga karena global worming, ternyata budidaya bisa menyebabkan terganggunya stabilitas alam, oleh karena itu dengan berkembangnya jenis budidaya dari yang dulu hanya bersistem ekstensif atau tradisional lalu berkembang lagi menjadi semi intensif kemudian menjadi intensif atau buatan dan bahkan sekarang hingga mencapai super intensif.

Sistem atau teknologi yang bisa digunakan untuk pengurangan limbah diantaranya adalah dengan menerapkan sistem biovlog pada budidaya untuk menekan air limbah dengan cara merubah amonia menjadi zat yang berguna bagi perairan budidaya sehingga alam akan terjaga. Apabila alam terjaga dan air inlet juga masih baik untuk budidaya maka jangka panjangnya budidaya akan tetap bisa berjalan tanpa mengkhawatirkan lagi masalah limbah budidaya. Adapula teknologi yang mengolah limbah sebelum limbah di buang tujuannya adalah agar hasil buangan dari limbah budidaya sudah netral tidak mengandung zat asam ataupun basa. Pentingnya memperhatikan limbah buangan hasil budidaya adalah karena bisa saja masyarakat memanfaatkan air yang ada didaerah tersebut, jika air didaerah tersebut tercemar maka tentunya akan berbahaya pula jika masyarakat mengunakan air di daerah tersebut. Kesehatan masyarakat akan tergangggu. Mungkin masih banyak lagi teknologi – teknologi yangbisa mengolah limbah budidaya menjadi air yang tidak merusak lingkungan dengan  perkembangan zaman sampai sekarang ini.


Pesan dari saya adalah jadilah pembudidaya yang peduli akan lingkungan melalui tulisan ini saya sampaikan pentingnya menjaga kestabilan lingkungan karena lingkungan juga mempengaruhi manusianya juga. Salam sukses. Salam Aquaculture. Maju terus perikanan Indonesia 

Source :









Kamis, 19 Oktober 2017

REVIEW JURNAL BIO - INFORMATIKA

REVIEW JURNAL BIO - INFORMATIKA

DESAIN PRIMER SPESIFIK UNTUK DETEKSI DINI PENYAKIT VIBRIOSIS PADA UDANG PENAEID

Tujuan penelitian pada jurnal ini adalah untuk mendeteksi secara dini tentang penyakit yang menyerang udang penaeid yaitu vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio harveyi. Hal ini perlu dilakukan karena udang saat ini termasuk penyumbang pendapatan negara. Jurnal ini menurut saya sangat bermanfaat. Budidaya udang yang dilakukan harus memperhatikan aspek – aspek yang mendukung budidaya diantaranya adalah penyakit.

Penyakit kali ini yang bakal kita bahas adalah vibriosis. Jurnal ini sangat bermanfaat untuk para pembudidaya karena dengan membaca jurnal ini kita bisa mengetahui penyakit ini sebelum kerugian menimpa kita. Desain Primer yang di ciptakan kali ini bisa mendeteksi penyakit yang di sebabkan oleh Vibrio Harveyi, sehingga kegagalan panen akibat kematian udang bisa diminimalisir.

Cara kerja Desain primer menurut saya sedikit rumit untuk para pembudidaya yang awam akan teknologi karena harus memanfaatkan DNA udang. Orang yang belum paham akan cara ini harus perlu belajar dengan banyak membaca artikel - artikel  tentang teknologi, akan tetapi jurnal ini sangat bermanfaat bagi orang yang sudah paham akan analisis DNA. Pentingnya ilmu pengetahuan dalam hal ini perlu ditekankan.

Pada jurnal ini juga di jelaskan bahwa hasil yang didapat juga belum diketahui hasil primer untuk sembarang daerah yang tanpa software bantuan. Menurut saya perlu adanya teknologi yang lebih mudah dilakukan oleh masyarakat pembudidaya untuk kemajuan dalam budidaya udang penaeid ini. 

Untuk selengkapnya tentang jurnalnya bisa di baca disini nih :


ok mungkin ini sedikit info yang saya berikan see you di post selanjutnya keep support and share thankyou !!!

Jumat, 13 Oktober 2017

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP BUDIDAYA UDANG VANNAMIE UNTUK MENGHINDARI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV)


PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP BUDIDAYA UDANG VANNAMIE UNTUK MENGHINDARI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV)


Disusun
oleh :
BIMA FAJAR AMUKTI
26010216130086
KELAS B

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
2016

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP BUDIDAYA UDANG VANNAMIE UNTUK MENGHINDARI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV)
Oleh : Bima Fajar Amukti
1.       Pendahuluan
Udang adalah binatang yang hidup di air, udang yang kali ini akan di bahas adalah udang yang hidup di air payau. Udang mengalami beberapa fase di hidupnya. Udang dewasa bertelur lalu menghasilkan nauplius, nauplius berubah menjadi zoea kemudian menjadi myses, setelah melewati 3 fase tersebut post larva menjadi urutan setelah myses. Benih udang yang sudah bisa di perdagangkan biasa disebut benur, kemudian setelah itu para petambak biasa memelihara hingga siap panen untuk di jual maupun di konsumsi. Pemeliharaan udang sendiri membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan juga keberanian untuk mengambil resiko. Pemeliharaan udang di Indonesia sebenarnya memiliki peluang yang sangat besar karena seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara maritim, wilayah perairan Indonesia yang sangat luas sangat mendukung kemajuan negara di bidang perikanan khususnya budidaya (Yukio et al., 2007:1).
          Indonesia memiliki potensi perairan budidaya yang cukup besar. Potensi ini meliputi budidaya ikan di perairan tawar, payau dan laut. Selain itu, kebutuhan konsumsi udang pun akan terus meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan makin sadarnya konsumen untuk mengkonsumsi udang. Pemenuhan kebutuhan konsumsi udang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah intensifikasi pembudidayaan udang . Akan tetapi, intensifikasi akuakultur di banyak negara ini telah mendorong kejadian penyebaran berbagai penyakit dengan relatif cepat. Penyakit adalah salah satu dari faktor penghalang untuk dapat mendukung produksi komoditas perikanan, terutama selama tahap pemeliharaan larva dan benih dari organisme budidaya.
Salah satu jenis budidaya perikanan yang dikembangkan di Indonesia adalah udang vannamei. Udang vannamei merupakan udang introduksi yang berasal dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin. Permasalahan yang muncul dari budidaya udang ini adalah penyakit bintik putih atau yang dikenal dengan White Spot Syndrome Virus (WSSV). Kejangkitan virus penyakit ini menyebabkan produktivitas udang menjadi menurun dan terlihat gejala klinis berupa usus tampak kosong, tubuh pucat, dan munculnya bercak-bercak putih (Zulpikar et al., 2016:2).
Tingkat patogenitas dari virus ini relatif tinggi dengan mortalitas mencapai 100% yang merupakan penghambat utama kegagalan udang di Asia dan Amerika. Virus menyebar ke seluruh tambak dalam waktu 2-7 hari. Penyebaran WSSV dapat ditularkan melalui kontak fisik dan pakan alami seperti artemia, udang rebon, dan kepiting






2.       Permasalahan
          Adapun 2 permasalahan yang akan dibahas yaitu adalah sebagai berikut :
a.              Bagaimana Kualitas Air yang baik untuk Budidaya udang Vannamei ?
b.             Bagaimana cara menghindari White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang ?













3.       Pembahasan Masalah
          Berdasarkan permasalahan diatas, maka akan dibahas sebagai berikut :
a.             Kualitas Air yang baik untuk Budidaya udang Vannamei
          Pertumbuhan udang optimal terjadi pada kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat kematian pada suhu di atas 35 C. Suhu air media selama percobaan berkisar antara 26-28 C dengan fluktuasi yang tidak mengganggu kehidupan udang uji. Penurunan suhu air media disebabkan oleh menurunnya suhu ruang, sedangkan peningkatannya disebabkan oleh meningkatnya suhu ruang dan hasil metabolisme udang yang berupa panas (Budiardi et al., 2005:91).
          Nilai salinitas air yang digunakan dalam percobaan berkisar antara 37–40 ppt. Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4 ppt dapat menyebabkan udang stres dan ganti kulit. Proses penyerapan oksigen dari air media ke dalam tubuh udang dipengaruhi antara lain oleh salinitas. Peningkatan salinitas akan meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga laju metabolisme dalam tubuh udang juga meningkat. Selama percobaan tidak terjadi perubahan salinitas air di setiap perlakuan karena air berada dalam wadah tertutup sehingga tidak ada penguapan. 
          Meningkatnya suhu pada umumnya disertai dengan meningkatnya laju metabolisme yang berarti meningkatnya permintaan oksigen oleh jaringan. Secara umum, meningkatnya suhu lingkungan 10 C menyebabkan meningkatnya laju pengambilan oksigen oleh hewan menjadi dua sampai tiga kali lipat.
          Fluktuasi kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut yang terjadi selama percobaan berlangsung tidak membahayakan kehidupan udang uji. Perubahan parameter kualitas air dari tambak ke media percobaan tidak mengakibatkan udang sters karena kualitas air pada media percobaan berada dalam kisaran kualitas air tambak.
          Menurut Anonimous (2009:14) bahwa ditambak intensif atau super intensif dalam upaya pembentukan flok tidak perlu lagi ditambahkan sumber karbohidrat, karena C karbohidrat dari pakan sudah cukup tinggi (58 – 60%), kecuali kalau mau mempercepat proses pembentukan flok di tambak, maka diperlukan penambahan sumber C karbohidrat.
          Bakteri heterotrof dalam air tambak akan berkembang pesat apabila di air tambak ditambahkan sumber C karbohidrat yang langsung dapat dimanfaatkan, misalnya sukrose, mollase, tepung tapioka, selanjutnya bakteri tersebut akan menggunakan N anorganik terutama amonia dalam air dan disintesa menjadi protein bakteri dan juga sel tunggal protein yang dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi udang atau ikan yang dipelihara





b.      Cara Menghindari White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang
White Spot Syndrome (WSS) adalah penyakit yang secara signifikan menyebabkan tingginya mortalitas dan kerusakan parah pada budidaya udang. White Spot Syndrome Virus (WSSV) telah menjadi salah satu masalah utama penyakit dalam budidaya udang di seluruh dunia. Beberapa penyakit viral yang menjadi penyebab utama kegagalan budidaya udang vannamei adalah white spot disease yang disebabkan oleh white spot syndrome virus (WSSV).
Faktor lingkungan ini mengakibatkan produksi antibodi berkurang sehingga imunitas atau kekebalan tubuh udang vannamei terhadap serangan penyakit menjadi berkurang (Soetomo, 2000:122). Perubahan salinitas lebih besar dari 4 ppt dalam waktu satu jam dapat menyebabkan replikasi WSSV yang cepat dan penurunan resistensi terhadap penyakit.
Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan ionik air, baik air sebagai media internal maupun eksternal. Perubahan salinitas akan menyebabkan perubahan tekanan osmotik, dimana semakin rendah salinitas maka akan semakin rendah tekanan osmotiknya. Setiap spesies biota air memiliki kisaran nilai salinitas yang optimum untuk hidup, bila kondisinya berada diluar kisaran tersebut dapat beakibat stress, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi, bahkan mengakibatkan kematian




->      Faktor Pemicu WSSV
1. Kurang DO
Kadar O2 rendah                   
2. Kualitas air
Penurunan kualitas air plankton pekat, plankton mati masal dan berbusa) dapat mempengaruhi daya tahan udang sehingga berpotensi terserang virus/penyakit.
3. Salinitas dan Suhu
Perubahan salinitas dan fluktuasi suhu. Dan atau curah hujan tinggi fluktuasi ph harian, salinitas, dan rawan kontaminasi bercampurnya air outlut-inlet tambak.
->      Potensi & Solusi pencegahan WSSV
1.  Benur bebas virus IMNV (SPF) dari hatchery yang bersertifikat.
2. Shipon rutin untuk mencegah kanibalisme.(udang lemah/mati di desinfeksi kemudian dikubur atau dibakar)
3.  Cegah kontaminasi silan dengan menerpkan Bio security sejak awal budidaya. Jaga ketinggian air supply kanal lebih tinggi dan sub outlet lebih rendah dari air tambak untuk menghindari back flow.






4.       Kesimpulan
          Kualitas air yang baik untuk budidaya udang vannamei adalah dengan kandungan oksigen yang cukup sehingga udang dapat bernafas dengan baik, biasanya untuk membantu menambah kadar oksigen digunakan kincir air. Selain itu ada pH, ph yang tepat untuk budidaya udang berkisar antara 6,5 – 8 (netral). Salinitas yang baik adalah 20 – 30 ppt. Kecerahan air juga harus di perhatikan yaitu dengan adanya plankton didalam air sebagai pakan alami bagi budidaya udang. Untuk bisa mengatur kecerahan air perlu di atur ketinggian air untuk budidaya, ketinggian air yang baik untuk budidaya adalah 70 – 120 cm. Suhu menjadi parameter terakhir pembahasan kali ini yaitu dengan mengatur suhu 25 – 31° C.
          Cara menghindari White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang sendiri adalah dengan mengatur kualitas air diatas, lalu perlu juga untuk di sipon karena penyakit ini juga di timbulkan dari dasar tambak yang kotor. Selain itu penting juga memilih bibit atau benur udang yang kualitasnya terpercaya atau bersertifikasi. Udang harus selalu di beri pakan dalam jumlah yang pas supaya sisa makanan tidak mengendap di dasar dan berubah menjadi amonia, karena amonia ini sangat berbahaya bagi kesehatan udang. Kualitas air yang di jaga dengan baik juga dapat meminimalisir timbulnya penyakit ini.


5.       Daftar Pustaka
Anonimous, 2009. Konsep budidaya udang sistem bakteri heterotroph dengan
bioflocs. AIYU Shirotabiota Indonesia. Biotechnology Consulting & Trading. Komplek Sapta Taruna PU, Blok B1 No. 13 Bandung, Jawa Barat, Indonesia. 14 hlm.

Soetomo, M. H. A. 2000. Teknik budidaya udang windu. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.

T. Budiardi, T. Batara dan D. Wahjuningrum. 2005. Tingkat Konsumsi Oksigen
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dan Model Pengelolaan Oksigen Pada Tambak Intensif. Akuakultur Indonesia. 4(1) : 89 – 96  

Yukio, M., Leobert d. De la peña, Erlinda R. Cruz-lacierda. 2007. Susceptibility
of fish species cultured in mangrove, southeast asian fisheries development center (SEAFDEC) (Tigbauan 5021, Iloilo, Philippines).

Zulpikar, T. R. Ferasyi dan Sugito. 2016. Analisis pengaruh faktor kualitas air
terhadap resiko penyakit  white spot syndrome virus (wssv) pada udang vannamei ( L itopenaeus vannamei ) di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Depik. 5(1) : 1 – 6


Kamis, 12 Oktober 2017

Biodata Diri

 CURRICULUM VITAE




Data Pribadi

Nama                                    : Bima Fajar Amukti
Tempat,Tanggal Lahir          : Tulang Bawang, 02 Mei 1998
Alamat                                  :JL.Borobudur Selatan Raya No. 10, Semarang,
                       Jawa Tengah, Indonesia 50148
Nomer Hp                             : 085747999772
E-mail                                   : bima.fajar@gmail.com
Agama                                  : Islam
Negara                                  : Indonesia
Jenis Kelamin                       : Laki-laki

Pendidikan

2016  – Sekarang                : Universitas Diponegoro Semarang
                                                S1-Budidaya Perairan
2013 – 2016                         : SMA N 6 Semarang
2010 – 2013                         : SMP N 19 Semarang
2004 – 2010                         : SDN Kembangarum 03 Semarang
2002 – 2004                         : TK Dharma Wanita Tulang bawang

Pengalaman Organisasi
2011 – 2012                         : Humas Karang Taruna RT 06 RW 13
2014 – 2015                         : Komisi B MPK SMA N 6 Semarang
2015 – 2016                         : Wakil Ketua Ektern MPK SMA N 6 Semarang
2015 – 2016                         : Seksi Bidang Dana Usaha MAGAPAS 6 (Majelis Gabungan MPK Se-Kota
                                             Semarang

Kemampuan Komputer
·         Microsoft word                                                                                
·         Microsoft Excel
·         Microsoft Power Point

Daya Tarik
Menonton Film, Berkomunikasi, Futsal, Berorganisasi

Informasi Tambahan
Saya bisa bekerja dengan tim, belajar lebih banyak, berusaha selalu menjadi lebih baik dan pantang menyerah


BUDIDAYA IKAN LELE

BUDIDAYA IKAN LELE  (Clarias Sp.) Oke guys Selamat malem balik lagi sama saya bima fajar, ya udah lama nih saya ga nulis di blog ini...